logo ayovest
menu

Apa Itu Risk Adjusted Return dan Bagaimana Penggunaannya

Risk Adjusted Return atau dalam Bahasa Indonesia Pengembalian yang Disesuaikan dengan Risiko adalah sebuah perhitungan keuntungan atau potensi keuntungan dari investasi yang memperhitungkan tingkat risiko yang harus diterima untuk mencapainya. Risiko diukur dengan membandingkannya dengan investasi yang bisa dikatakan bebas risiko.

Beberapa ukuran risiko lainnya dan umum digunakan dalam perhitungan Risk Adjusted Return adalah Alpha, Beta, R-Squared, Standard Deviation, dan Downside Deviation. Ketika membandingkan dua atau lebih investasi potensial, investor harus menerapkan ukuran risiko yang sama untuk setiap investasi yang sedang dipertimbangkan untuk mendapatkan perspektif kinerja relatif.

Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa rumusan dalam menentukan Risk Adjusted Return, antara lain:

1.      Sharpe Ratio

Sharpe Ratio adalah perhitungan yang mengukur keuntungan investasi yang melebihi tingkat bebas risiko per unit Standard Deviation. Perhitungan rasio ini memerlukan beberapa perhitungan, yaitu Return portofolio pada periode tertentu dikurangi dengan tingkat bebas risiko, dan membagi hasil ini dengan Standard Deviation investasi.

image

Dengan asumsi tingkat bebas risiko yang digunakan sama, Sharpe Ratio yang lebih tinggi akan dinilai sebagai investasi yang lebih baik. Perhitungan Standard Deviation adalah:

image

Standar deviasi dihitung sebagai berikut:

  1. Hitung rata-rata dari semua data. Rata-rata dihitung dengan menambahkan semua titik data dan membaginya dengan jumlah titik data.
  2. Hitung varians untuk setiap titik data. Varians untuk setiap titik data dihitung dengan mengurangkan mean dari nilai titik data.
  3. Kuadratkan varians setiap titik data (dari Langkah 2).
  4. Jumlahkan nilai varians yang dikuadratkan (dari Langkah 3).
  5. Bagilah jumlah nilai varians kuadrat (dari Langkah 4) dengan jumlah titik data dalam kumpulan data dikurangi 1.
  6. Ambil akar kuadrat dari hasil bagi (dari Langkah 5).

Standard Deviation menunjukkan volatilitas Return investasi secara relatif terhadap Return rata-rata, dengan Standard Deviation yang lebih besar mencerminkan Return yang lebih luas, dan Standard Deviation yang lebih sempit artinya Return yang lebih terkonsentrasi.

Tingkat bebas risiko yang digunakan adalah Return investasi tanpa risiko, seperti BI7DRR atau Yield SUN 10 Tahun.

2.      Treynor Ratio

Treynor Ratio, juga dikenal sebagai rasio imbalan terhadap volatilitas atau Systematic Risk, adalah pengukuran pengembalian yang disesuaikan dengan risiko berdasarkan risiko sistematis. Rasio ini mengindikasikan seberapa besar Return investasi?

Kelebihan Return dalam pengertian ini mengacu pada Return yang diperoleh di atas Return yang dapat diperoleh dari investasi bebas risiko. Risiko dalam Treynor Ratio mengacu pada risiko sistematis yang diukur dengan Beta portofolio.

Beta mengukur kecenderungan Return portofolio untuk berubah sebagai respons terhadap perubahan Return pasar secara keseluruhan.

image

Namun, jika portofolio memiliki Beta negatif, hasil rasio tidak berarti. Hasil rasio yang lebih tinggi lebih diinginkan dan berarti bahwa portofolio yang diberikan kemungkinan merupakan investasi yang lebih cocok. Karena Treynor Ratio didasarkan pada data historis, penting untuk dicatat bahwa hal ini tidak selalu menunjukkan kinerja di masa depan, dan satu rasio tidak boleh menjadi satu-satunya faktor yang diandalkan untuk keputusan investasi.

3.      Alpha-Jensen

Alpha-Jensen adalah ukuran kinerja yang disesuaikan dengan risiko yang mewakili pengembalian rata-rata portofolio atau investasi, di atas atau di bawah yang diprediksi oleh model penetapan harga aset modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM), dengan mempertimbangkan Beta portofolio atau investasi dan pengembalian pasar rata-rata yang juga sering disebut sebagai Alpha.

image

Untuk menganalisis kinerja manajer investasi secara akurat, investor harus melihat tidak hanya pengembalian keseluruhan portofolio tetapi juga risiko portofolio tersebut untuk melihat apakah pengembalian investasi mengkompensasi risiko yang diambil. Sebagai contoh, jika dua reksa dana memiliki tingkat pengembalian 12%, seorang investor yang rasional akan memilih reksa dana yang lebih kecil risikonya. Ukuran Jensen adalah salah satu cara untuk menentukan apakah suatu portofolio menghasilkan Return yang sesuai dengan tingkat risikonya.

Jika nilainya positif, maka portofolio tersebut menghasilkan pengembalian yang berlebih. Dengan kata lain, nilai positif untuk Alpha-Jensen berarti manajer investasi telah "mengalahkan pasar" dengan keterampilan memilih saham.

4.      Sortino Ratio

Sortino Ratio adalah variasi dari Sharpe Ratio yang menghitung risiko berdasarkan Downside Deviation alih-alih menggunakan Standard Deviation dari total pengembalian portofolio. Sortino Ratio mengambil Return aset atau portofolio dan mengurangi tingkat bebas risiko, dan kemudian membagi jumlah tersebut dengan Downside Deviation.

image

Sama seperti Sharpe Ratio, hasil Sortino Ratio yang lebih tinggi akan dinilai sebagai investasi yang lebih baik. Ketika melihat dua investasi serupa, investor yang rasional akan lebih memilih investasi dengan Sortino Ratio yang lebih tinggi karena ini berarti investasi tersebut menghasilkan lebih banyak Return per unit dari risiko buruk yang ditanggungnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai investor yang cerdas, wajib hukumnya untuk melakukan analisa menggunakan satu atau lebih rasio Risk Adjusted Return secara periodik dan membandingkan nya dengan reksa dana sejenis dengan menggunakan tingkat bebas risiko yang sama – seperti SUN 10 Tahun – ,serta tujuan selanjutnya untuk mengetahui Risk to Reward yang dapat diterima dan didapat oleh investor dan perlu diingat dalam hal investasi, semua bentuk investasi memiliki risiko yang tidak dapat dihindari.

Sumber: Investopedia, Corporate Finance Institute, Morningstar